PELESTARIAN, MACAM SIFAT BAHAN PUSTAKA, DAN LATAR
BELAKANG SEJARAHNYA
Pengantar
Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam
sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan mengingat nilainya yang
mahal. Bahan pustaka di sini berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan
majalah), dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide dan
sebagainya.
Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut
pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi
yang terkandung di dalamnya.
Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan
pustaka yang kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang
mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih
banyak pembaca perpustakaan.
Sejarah Bahan Pustaka dan Cara Perawatannya
Bahan pustaka terdiri atas berbagai jenis dan bermacam
sifat yang dimilikinya. Dari sejarahnya, manusia menggunakan berbagai medium
untuk merekam hasil karya mereka. Bahan yang dipergunakan sesuai dengan
pengetahuan manusia serta teknologi pada zamannya.
Bahan yang dikenal sebagai medium perekam hasil budaya
manusia adalah: (1) tanah liat, (2) papyrus, (3) kulit kayu, (4) daun tal atau
lontar, (5) kayu, (6) gading, (7) tulang, (8) batu, (9) logam (metal), (10)
kulit binatang, (11) pergamen (parchmental) dan vellum, (12) leather (kulit),
(13) kertas, (14) papan, (15) film, (16) pita magnetik, (17) disket, (18) video
disk dan lain-lain. Semua bahan di atas bisa digolongkan sebagai bahan pustaka.
Pustakaan dewasa ini terbuat dari kertas. Sedangkan di
masa mendatang mungkin isi sebuah perpustakaan berupa kumpulan disket, karena
teknologi komputer memungkinkan demikian.
Kertas bisa dibuat dari berbagai serat yaitu:
- serat binatang
- serat bahan mineral
- serat sintetis
- serat keramik
- serat tumbuh-tumbuhan.
Kekuatan kertas tergantung dari kekuatan serat sebagai
bahan dasarnya.
Bahan pustaka yang lain ialah bahan non-buku yang juga
disebut bahan audiovisual, media teknologi, alat peraga dan sebagainya. Materi
bahan non-buku begitu bervariasi. Karena itu dalam memelihara bahan non-buku
diperlukan berbagai keahlian dan keterampilan khusus. Kita harus memahami apa
yang disebut dengan hardware atau perangkat keras dan software atau perangkat
lunak. Harus kita fahami cara meng-operasikan peralatan, cara memperbaiki kalau
ada kerusakan, dan bisa memeliharanya sehingga bahan-bahan tersebut awet dan
lestari.
A.
PELESTARIAN
(PRESEVATION)
Pelestarian menurut IFLA yakni mencakup semua aspek usaha
melestarikan bahan pustaka, keuangan, ketenangan, metode, dan teknik serta
penyimpanannya.
Preservasi adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk
memastikan agar koleksi perpustakaan dapat terus dipakai selama mungkin. Pada
dasarnya preservasi itu upaya untuk memastikan semua bahan pustaka cetak maupun
non cetak pada suatu dokumenperpustakaan bisa tahan lama dan tidak cepat rusak.
Metode pelestarian, pemeriksaan secara sistematis terhadap koleksi,
survey dan peninjauan koleksi.
1.
Teknik
penyimpanan
Penyimpanan suatu kegiatan dimana dokumen disusun dalam kondisi
yang memungkinkan dokumen tersebut bisa digunakan dan dipelihara dengan baik
dan praktis. Bentuk penyimpanan dokumen di perpustakaan yaitu;
a.
Dokumen
disimpan dalam bentuk asli
b.
Dokumen
disimpan dalam format yang kecil dalam bentuk mikro baik berupa fotocopy,
bentuk dalam bentuk lebih kecil atau micro card atau mikrofilm atau microfis.
c.
System
penyimpanan dokumen dalam Rak terbagi tiga;
a.
Horizontal
dokumen disusun dengan meletakkan dokumen diatas dokumen lainnya. System ini
digunakan untuk jajaran dokumen yang besar bentuknya seperti Peta, Poster,
Gambar teknik, Foto dan surat kabar,
b.
Vertikal
Dokumen disusun dengan panggung nampak dari atas. System ini digunakan untuk
dokumen ringan dan tipis yang sering kali digunakan, seperti Korespodensi dan
guntingan Koran.
c.
Tegak
lurus, dokumen diletakkan berdampingan sehingga punggung dokumen tampak dari samping.
System ini digunakan untuk menyimpan buku, arsip, map, piringan hitam dan
sejenisnya.
2.
Tujuan
pelestarian
a.
Menyelamatkan
nilai informasi sutau dokumen,
b.
Menyelamatkan
fisik dari sutau dokumen,
c.
Mengatasi
kendala kekurangan ruangan,
d.
Mempercepat
proses temu kembali informasi.
3.
Fungsi
pelestarian
a.
Fungsi
melindungi adalah untuk melindungi bahan pustaka supaya terjaga kelestariannya
sehingga dapat digunakan lebih baik,
b.
Fungsi
pengawetan adalah untuk membuat bahan pustaka menjadi lebih awet dan tahan
lama,
c.
Fungsi
kesehatan adalah agar terjaga kebersihannya sehingga petugas maupun pengguna
perpustakaan terjaga kesehatannya,
d.
Fungsi
pendidikan, melatih atau mendidik pengguna untuk lebih memperhatikan pengguna
dan perlakuan terhadap bahan pustaka,
e.
Melatih
kesabaran, karena untuk merawat bahan pustaka
diperlukan kesabaran yang besar,
f.
Fungsi
sosial, mampu menciptakan komunikasi dan hubungan dengan pihak luar,
g.
Fungsi
ekonomi, menghemat anggaran dalam kegiatan pemeliharaan bahan pustaka
h.
Fungsi
keindahan, karena dengan kerapian dan kebersihan bahan pustaka, maka akan
tercipta keindahan sehingga pengguna akan merasa nyaman dan senang.
4.
Unsur-unsur
pelestarian
a.
Manajemen
yang harus diperhatikan siapa yang bertanggung jawab melakukan pekerjaan ini,
bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti, dokumen yang akan diperbaiki
harus dicatat apa saja kerusakannya, apa saja alat dan bahan kimia yang
diperlukan,
b.
Tenaga
yang merawat dokumen dengan keahlian atau keterampilan dalam bidang
pelestarian,
c.
Laboratorium,
suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan perawatan ysng diperlukan.
Setiap perpustakaan memiliki ruang laboratorium sebagai bengkel atau gudang
perawatan dan perbaikan bahan pustaka,
d.
Dana
untuk keperluan kegiatan pelestarian harus diusahakan dan dimonitor dengan baik
sehingga pekerjaan ini tidak akan mengalami gangguan.
B. Macam Perusak Bahan Pustaka
Selain manusia dan hewan, debu, jamur, zat
kimia dan alam semesta juga bisa merusak bahan pustaka. Agar bahan pustaka
tidak lekas rusak, setiap pustakawan harus mengetahui cara-cara merawat bahan
pustaka. Karena itu, setiap pustakawan hendaknya mengetahui cara menyusun
kembali dan mengangkut buku untuk dikembalikan ke rak, cara mengontrol buku
yang dikembalikan oleh pembaca apakah pembaca merusakkan buku atau tidak.
Mencegah masuknya binatang mengerat dan serangga ke perpustakaan juga merupakan
hal penting yang harus diketahui seorang pustakawan. Begitu pula cara
menghindari debu masuk ke perpustakawan cara, mengontrol suhu dan kelembaban
ruangan.
Tempatkan kapur barus dan akar “loro setu” di antara
buku-buku agar serangga segan menghampirinya. Yang paling baik ialah
menyediakan ruangan khusus untuk perbaikan bahan pustaka dengan petugasnya
sekaligus, sehingga kalau diperlukan perbaikan bahan pustaka, dapat dikerjakan
dengan cepat. Jangan menunggu kerusakan menjadi lebih berat.
Cepatlah bertindak, jagalah selalu kebersihan dan
kerapihan sehingga mengundang pembaca untuk memakai perpustakaan dengan baik,
dan bagi pustakawan sendiri akan semakin senang bekerja dengan baik.
C.
KONSERVASI DAN RESTORASI
Konservasi merupakan kebijakan dan cara tertentu yang dipakai untuk
melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran, termasuk
metode dan teknik yang diterapkan oleh petugas teknik.
Restorasi (perbaikan), menurut IFLA menunjuk pada pertimbangan dan
cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak.
Tujuan Konservasi untuk menghindari dari kehancuran koleksi
sedangkan tujuan restorasi untuk memperbaiki bahan pustaka dari kerusakan.
Manfaat Konservasi yaitu bahan pustaka lebih awet, bisa tahan lebih
lama dipakai dan diharapkan agar lebih banyak pembaca yang memanfaatkan bahan
pustaka. Sedangkan manfaat restorasi yaitu supaya koleksi itu yang sudah rusak
bisa dipulihkan kembali dengan teknik tertentu, kemudian diletakkan kembali ke
Rak-rak buku untuk dimanfaatkan oleh pengguna.
Perbaikan Bahan Pustaka dan Restorasi
Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen
yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan berat. Perpustakaan
sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambah buku
berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang
robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat
dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau
mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh
seorang restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi,
tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Peralatan yang diperlukan,
serta bahan dan cara mengerjakan perbaikan ini harus dipelajari benar-benar
oleh seorang pustakawan atau teknisi bagian pelestarian.
D. PENCEGAHAN KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA
Mencegah Kerusakan Bahan Pustaka
Setiap pustakawan harus dapat mencegah
terjadinya kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita
mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.
Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka
bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan lain-lain.
Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam
lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan menempatkan kapur
barus di rak merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan bahan pustaka. Tentu
saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi
perpustakaan.
Dalam kegiatan belajar 2 dibicarakan cara
mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur,oleh banjir,oleh
api, dan oleh debu. Dalam mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh
jamur disarankan agar kelembaban udara ruangan harus dijaga tidak lebih dari
60% RH.
Kapur sirih,arang ,silicagel atau mesin penyerap uap
air yang bernama DEHUMIDIFIER dapat digunakan untuk menyerap uap air.
Pemeriksaan kelembaban udara ruangan dan pembubuhan obat anti jamur pada buku
merupakan salah satu cara mencegah kerusakan bahan pustaka.
Pencegahan
kerusakan bahan pustaka karena banjir dapat dilakukan dengan cara membersihkan
lumpur dan pengeringan bahan pustaka. Hendaknya bahaya banjir bisa
diantisipasi. Kerusakan oleh api dapat dicegah dengan menghindari kebakaran di
antaranya dengan memeriksa kondisi kabel listrik secara rutin, penyediaan alat
pemadam kebakaran, serta adanya aturan yang ketat misalnya dilarang merokok.
E. FUMIGASI, DEASIDIFIKASI, DAN LAMINASI
1. Fumigasi
Agar bahan pustaka bebas dari penyakit,
kuman, serangga, jamur, dan lainnya, bahan pustaka perlu diasapkan dengan bahan
kimia tertentu yang disebut dengan fumigasi. Dalam mengadakan fumigasi
pustakawan harus memperhitungkan jumlah bahan yang akan difumigasi dan luas
ruang yang diperlukan. Dengan memperhatikan ruang yang ada maka dipilih pula
fumigant yang akan dipergunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah yang diperlukan
serta lama fumigasi.
Pustakawan juga harus memperhatikan bahaya dari
pemakai zat-zat kimia untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai
tanpa alat pengaman, atau tanpa supervisi oleh orang yang berpengalaman dalam
bidang ini.
2. Menghilangkan Keasaman pada Kertas
Keasaman yang terkandung dalam kertas
menyebabkan kertas itu cepat lapuk, terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat
kertas merupakan bahan organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar
pengaruh udara tersebut tidak berlanjut, maka bahan pustaka perlu dilaminasi.
Agar laminasi efektif, sebelum dikerjakan, bahan pustaka dihilangkan atau
diturunkan tingkat keasamannya. Ada dua cara menghilangkan keasaman pada bahan
pustaka, yaitu cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana
yang tepat, maka perlu diukur tingkat keasaman pada dokumen. Ada berbagai alat
pengukur tingkat keasaman dokumen yang dibicarakan dalam bahan pustaka ini,
sehingga pustakawan dapat memilih cara mana yang paling mungkin untuk dikerjakan
sesuai dengan kondisinya.
Tinta yang dipergunakan untuk menulis
bahan pustaka sangat menentukan apakah bahan pustaka akan dihilangkan
keasamannya secara basah, atau secara kering. Kalau tinta bahan pustaka luntur,
maka cara keringlah yang paling cocok. Kalau menggunakan cara basah, harus
diperhatikan cara pengeringan bahan pustaka yang ternyata cukup sukar dan harus
hati-hati. Kalau hanya sekedar mengurangi tingkat keasaman kertas dan tidak
akan dilaminasi, kiranya cara kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran
bahan pustaka robek. Cara kering ini dapat diulang setiap enam bulan, sampai
bahan pustaka dimaksud sudah kurang keasamannya dan dijamin lebih awet.
3. Laminasi dan Enkapsulasi
Setelah kertas dihilangkan atau dikurangi
sifat asamnya, maka untuk memperpanjang umur bahan pustaka perlu diadakan
pelapisan atau laminasi, terutama bahan pustaka yang lapuk atau robek sehingga
menjadi tampak kuat atau utuh kembali. Ada 2 cara laminasi yaitu laminasi
dengan mesin dan dengan cara manual.
Pertimbangan
yang perlu diambil dalam melaminasi suatu bahan adalah bahan tersebut harus
bersih dan dikurangi tingkat keasamannya. Cara lain selain laminasi adalah
enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari
kerusakan fisik misalnya rapuh karena umur. Yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan enkapsulasi adalah kertas harus bersih, kering dan bebas asam.
4. PENJILIDAN
Mengenal Bahan Jilidan
Buku bukan merupakan tumpukan kertas yang
berdiri sendiri, tapi merupakan struktur yang satu sama lain saling terikat.
Struktur buku terdiri atas: segi, foredge, kertas hujungan, badan buku, papan
jilidan, ikatan timbul, groove, tulang pita kapital dan sebagainya. Agar
struktur itu tidak lepas satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid.
Perlengkapan penjilidan meliputi: pisau,
palu, pelubang, gunting, tulang pelipat, penggaris besi, kuas, gergaji, jarum,
benang, pengepres, pemidang jahit, mesin potong dan sebagainya.
Mutu kualitas jilid selain ditentukan oleh
kemahiran dalam bekerja juga ditentukan oleh bahan yang digunakan.
Bahan penjilid meliputi kertas, kain
linen, perekat, benang dan kawat jahit. Arah serat kertas merupakan hal yang
penting bagi pekerjaan penjilidan. Arah serat yang salah akan mengakibatkan
jilidan tidak rapi dan lemah.
Menyiapkan Penjilidan dan Jenis-jenis Penjilidan
Sebelum dijilid, buku perlu dipersiapkan
secara baik. Kekeliruan atau kekurangan dalam persiapan, dapat berakibat fatal
dan mengecewakan. Juga merupakan pemborosan jika harus dijilid ulang. Persiapan
penjilidan meliputi dua hal yaitu: (1) penghimpunan kertas-kertas atau bahan
pustaka, (2) penggabungan. Penghimpunan harus dikerjakan secara teliti, jangan
salah mengurutkan nomor halaman. Kalau majalah, jangan salah mengurutkan nomor
penerbitannya. Panjang-pendek, serta lebar kertas harus disamakan. Rapihkan
sisi sebelah kiri agar pemotongan dan perapihan dapat dikerjakan untuk ketiga
sisi yang lain. Petunjuk penjilidan harus disertakan, agar hasilnya sesuai
dengan yang kita kehendaki.
Dalam melakukan penggabungan kita harus
melihat jilidan macam apa yang dikendaki sesuai dengan slip petunjuk penjili
dan.
Ada lima
macam jilidan yang dapat dipilih: (1) jilid kaye, (2) signature binding, (3)
jilid lem punggung, (4) jilid spiral, (5) jilid lakban.
F. PETA, SLIDE, FOTO KOPI DAN TINTA
1. Pelestarian Koleksi Peta
Peta merupakan salah satu sumber informasi
untuk menunjang penelitian, pendidikan, maupun untuk keperluan bisnis. Karena
itu ada bermacam-macam jenis peta, misalnya peta geografis, peta perdagangan,
peta bahasa, peta navigasi, peta hasil bumi dan sebagainya.
Pelestarian koleksi peta merupakan
pengetahuan yang harus dimiliki oleh petugas perpustakaan maupun oleh petugas
bagian pelestrian. Peta adalah bahan pustaka yang unik, sebab bentuk dan
ukuran, serta informasi yang terkandung di dalamnya begitu beraneka ragam.
Dengan banyaknya bentuk dan ukuran tersebut maka diperlukan ruang penyimpanan
yang beragam pula.
Berbagai jenis kerusakan pada peta antara
lain kerusakan karena faktor kimiawi dan kerusakan karena faktor mekanis.
2. Slide
Slide merupakan salah satu jenis bahan
audio-visual yang banyak dipergunakan di perpustakaan terutama untuk mendukung
pengajaran dan penelitian.
Slide juga memerlukan pemeliharaan secara
hati-hati. Tempat penyimpanan harus bebas dari cahaya langsung dari luar, debu
serta kelembaban. Slide yang berserakan akan mudah rusak karena kena debu serta
goresan.
Slide tidak dapat dibaca dengan mata
telanjang. Untuk membaca slide, harus menggunakan alat yang disebut proyektor.
Karena itu proyektor harus selalu dirawat agar slidenya dapat dimanfaatkan
setiap saat.
3. Foto Kopi dan Tinta
Dewasa ini banyak perpustakaan menggunakan
foto kopi terutama untuk melestarikan koleksinya yang sudah rusak dan langka,
sehingga bisa dipinjamkan pada pemakai. Tetapi foto copi sebagai sarana
pelestarian dokumen masih kontroversi.
Tinta ternyata merupakan komponen pembuat
buku yang sangat penting dan beraneka ragam. Sejak 2.500 tahun Sebelum Masehi
tinta sudah dikenal oleh bangsa Mesir dan bangsa Cina. Sampai ditemukannya
mesin cetak pada pertengahan abad ke-15, tinta tulis memiliki peranan yang
paling penting dalam produksi buku. Setelah mesin cetak diketemukan, bentuk
tintanyapun menyesuaikan dengan keperluan percetakan. Tentu saja banyak variasi
soal kualitas, warna dan harganya. Tiga macam jenis tinta ialah: 1) tinta
tulis, 2) tinta ball point dan 3) tinta cetak.
Tinta juga dapat meningkatkan keasaman pada kertas,
sehingga dengan jenis tinta tertentu misalnya iron gall dapat merusak kertas
dengan cepat.
G. PELESTARIAN NILAI INFORMASI
Bentuk Mikro
Dalam mengatasi kekurangan tempat atau
ruangan di perpustakaan dan juga melestarikan informasi dari buku-buku yang
sudah lapuk, maka diperlukan alih bentuk dokumen. Alih bentuk yang terkenal
ialah bentuk mikro atau lazim disebut mikrofilm. Kelebihan bentuk mikro adalah:
hemat ruang, aman dari pencurian, mudah direproduksi dan murah, mudah diakses,
akurat dan ekonomis.
Kekurangan bentuk mikro, misalnya harus
memakai alat baca yang harganya cukup mahal, dan selalu berubah mutu serta
semakin mahalnya alat baca menjadi kendala bagi perpustakaan. Membaca dengan
alat baca yang kaku mengurangi kenyamanan pembacanya. Untuk mengatasi hal
tersebut diberikan alternatif membuat hard copy yang dapat dibaca dan dibawa
sekehendak pembacanya.
CD-ROM (Compact Disk-Read Only Memory)
Teknologi video disk, yang semula
dicobakan untuk pelestarian di The Library of Congress tahun 1982, ternyata
telah berkembang lebih maju untuk penyimpanan, pengolahan, dan penemuan
informasi yang handal dewasa ini.
Sebagai pustakawan di zaman modern ini
kiranya tidak salah kalau Anda mempunyai gambaran mengenai teknologi informasi
yang memberikan banyak harapan bagi produksi, pengolahan, pemakaian dan
pelestarian informasi. Kemudahan untuk menemukan kembali informasi yang telah
disimpan dalam disk, misalnya dalam bentuk CD-ROM inilah yang memberikan
prospek cerah bagi perkembangan layanan perpustakaan.
Sesuai dengan namanya, data atau informasi
digital yang sudah direkam di dalam CD-ROM tidak dapat dihapus atau ditambah
pemakai, tetapi hanya dapat dibaca saja oleh pemakai.
- merupakan
sarana penyimpanan informasi berkapasitas tinggi
- memudahkan
penelusuran literatur
- tahan
terhadap gangguan elektromagnetis
- bagi
perpustakaan CD-ROM memudahkan pembuatan katalog
- mempercepat penerbitan
H. PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI BERBAGAI
NEGARA
Keadaan Pelestarian Bahan Pustaka di Inggris
Keadaan Pelestarian Bahan Pustaka di Inggris
Tokoh kawakan Languell yang menerbitkan bukunya tahun
1957 memberikan gagasan tentang perlunya pelestarian bahan perpustakaan pada
masa itu. Melalui diskusi dan pertemuan tahunan dari asosiasi perpustakaan di
Inggris, mereka semakin yakin bahwa bagian pelestarian makin diperlukan. Dengan
bukunya yang baru terbit tahun 1991 John Feather melukiskan bahwa kegiatan
pelestarian bahan pustaka tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan manajemen
koleksi perpustakaan. Buku ini semakin memberikan kepercayaan bagi pustakawan
di Inggris, bahwa bagian pelestarian sangat diperlukan. Berbagai masalah yang
mereka hadapi, misalnya tentang mahalnya buku dan terbatasnya anggaran
perpustakaan mengharuskan pustakawan untuk berpaling kepada pelestarian.
Faktor pendukung yang ada di Inggris, misalnya
lengkapnya jenis bahan kimia untuk menghilangkan berbagai musuh bahan pustaka,
tersedianya pengusaha komersial dalam bidang penjilidan atau dalam bidang
pelestarian, memberikan kesempatan kepada para pustakawan untuk memilih cara
terbaik dalam pelestarian bahan pustaka yang sesuai dengan kondisi di tempat
mereka. Banyaknya perpustakaan rujukan yang telah berhasil melakukan program
pelestarian seperti The British Library atau Universitas Cambridge, merupakan
tempat yang baik bagi para pustakawan di Inggris untuk belajar langsung ke
lapangan.
Keadaan Pelestarian di USA
Banyaknya faktor pendukung menyebabkan sistem
pelestarian di Amerika Serikat sangat maju. Faktor pendukung tersebut di
antaranya, para pakar yang dengan rajin memberikan konsultasi dan menuliskan
pengalaman mereka pada majalah profesional maupun dalam bentuk buku yang jelas
dan mudah diikuti. Persaingan sehat antara para pakar menimbulkan gairah kerja
bagi mereka para pustakawan bagian pelestarian. Faktor pendukung yang lain
ialah adanya penyangga dana dari yayasan atau pemerintah federal untuk proyek
atau program pelestarian yang baik.
Faktor selanjutnya ialah adanya laboratorium yang
dimiliki oleh perpustakaan besar, dan percobaan-percobaan yang mereka lakukan
demi kemajuan bidang pelestarian. Adanya kepeloporan yang tangguh dalam
menciptakan tenaga pelestarian terdidik, dari waktu ke waktu dan dari tingkat
yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi.
Faktor pendukung lainnya ialah kesediaan bekerja sama
antara perpustakaan yang satu dengan yang lain baik dari suatu daerah lokal,
regional, sampai tingkat nasional. Sistem komunikasi yang mudah dan murah
mendukung terselenggaranya kerja sama dalam pelestarian tersebut.
Keadaan Pelestarian di Puerto Rico (Amerika Latin)
Iklim daerah tropis sangat tidak mendukung pelestarian
bahan pustaka. Haydee Munoz Sola memberikan gambaran program pelestarian yang
ada di kampus Medical Services University of Puerto Rico di Rico Piedras.
Sebelum masuk kepada permasalahannya ia menceritakan sedikit tentang sejarah
perpustakaan dan sejarah pelestarian. Iklim tropis dengan berbagai ciri-cirinya
yang dapat merusakkan koleksi perpustakaan dan banyaknya kendala yang harus
dihadapi oleh perpustakaan di daerah tropis termasuk kurangnya anggaran untuk
menyelenggarakan program pelestarian. Kemudian ia menceritakan letak geografis
Puerto Rico yang banyak bencana alam seperti badai, banjir, angin puyuh dan
sebagainya.
Perpustakaan kesehatan Puerto Rico memiliki koleksi
khusus yang disebut The Ashford Collection, yang memiliki 3000 dokumen yang
berupa buku dan korespondensi. Dokumen ini sangat penting untuk penelitian
penyakit di daerah tropis. Karena itu perlu diawetkan.
I. ORGANISASI, LEMBAGA RISET, DAN LEMBAGA PENDIDIKAN
BIDANG PELESTARIAN
Organisasi Lokal, Nasional, dan Internasional
Organisasi Bidang Pengawetan sangat berjasa dalam
mengembangkan bidang ini. Mereka menyelenggarakan seminar, workshop dan
pertemuan atau diskusi lainnya. Banyak buku petunjuk dibuat untuk
disebarluaskan oleh organisasi ini. Begitu pula latihan keterampilan banyak
diberikan oleh para organisasi tersebut.
Ada tiga macam organisasi bidang pelestarian yaitu:
(1) organisasi lokal, (2) organisasi nasional, (3) organisasi internasional.
Yang dimaksud dengan organisasi lokal ialah organisasi
yang sifatnya hanya berlaku lokal, menurut daerah-daerah tertentu. Di Indonesia
tidak ada organisasi semacam ini.
Organisasi pelestarian yang bersifat nasional di
Indonesia juga belum ada.
Lembaga Riset, dan Pendidikan Teknisi/Profesional
Lembaga riset penting untuk mendukung kehidupan dan
perkembangan suatu profesi. Karena itu, kita sering menemukan R & D yang
artinya Research & Development, sepasang kata yang bergandengan sebagai
suatu sebab akibat dari suatu kegiatan. Penelitian diadakan untuk mencapai
suatu perkembangan. Begitu pula dalam profesi pelestarian dan pengawetan
dokumen, perlu diadakan berbagai penelitian untuk memperoleh perkembangan dalam
bidang tersebut. Saat ini di Indonesia belum memiliki lembaga riset bidang
pelestarian.
Jurusan ilmu perpustakaan Fakultas Sastra UI
memberikan pendidikan pelestarian sebagai satu mata kuliah saja berjudul:
Pelestarian dan Pemeliharaan Bahan Perpustakaan untuk program S1, S2 dan S0
perpustakaan dan D III Kearsipan.
Ada tiga jenis tenaga dalam bidang pelestarian yaitu:
- Pustakawan untuk pelestarian, yang mengepalai Bagian Pelestarian di
perpustakaan.
- Konservator, yaitu orang yang langsung bertanggung jawab untuk
memperbaiki dokumen.
- Teknisi Bidang Konservasi.
Rencana Pembentukan Bagian Pelestarian untuk Perpustakaan
Dalam menentukan kebijakan program pelestarian, kita
harus selalu melihat kepada keadaan fisik bahan perpustakaan. Ini dipergunakan
sebagai titik tolak perbaikan, menentukan lama, dan skala prioritas
pelestarian. Bagian pelestarian tidak kalah penting dengan bagian-bagian lain
di perpustakaan. Bagian ini memang sangat penting untuk dimiliki karena dapat
meningkatkan mutu pelayanan perpustakaan. Dengan adanya bagian ini
diharapkan sewaktu-waktu buku diperlukan sudah tersedia di rak. Kalau ada
kerusakan cepat dapat diperbaiki.
Selanjutnya faktor-faktor lain yang harus diperhatikan
ialah keadaan koleksi perpustakaan, apakah koleksi tersebut sudah memenuhi
kebutuhan pembaca, apakah koleksi tersebut banyak rusak atau koleksi tersebut
tidak perlu dilestarikan. Faktor kedua adalah penggunaan koleksi secara padat
atau tak pernah digunakan sama sekali. Faktor selanjutnya ialah tuntutan
pemakai yang selalu menghendaki koleksi yang rapih. Faktor bangunan dan ruangan
tempat menyimpan buku juga diperhatikan. Dalam melestarikan koleksi ada tiga
hal yang diperhatikan yaitu: 1) Bahan apa saja yang perlu dilestarikan?, 2)
Untuk berapa lama bahan dilestarikan?, 3) Alat-alat apa yang dipergunakan untuk
melestarikan? Dalam melestarikan bahan pustaka kita harus melihat: 1) subjek,
2) format, 3) usia bahan, 4) penggunaan bahan.
Mengenai lama bahan dilestarikan itu tergantung dari
keperluan perpustakaan. Pembentukan suatu program pelestarian di suatu
perpustakaan dapat dimulai setelah semua fihak dari bagian-bagian lain
perpustakaan menyetujuinya.
Sesudah semuanya jelas, maka dapat disusun pedoman
tentang kebijakan pelestarian yang dapat dipakai oleh pihak pimpinan untuk
membentuk program pelestarian di perpustakaan tersebut untuk kepentingan
pelestarian.
Program pelestarian bahan perpustakaan di suatu
perpustakaan tidak akan sama dengan program pelestarian yang dimiliki
perpustakaan lain. Karena itu suatu model yang paling canggih pun tidak akan
dapat memenuhi keperluan bagi semua perpustakaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar