PARTNERTSHIP
IN LIBRARIANSHIP
Strategi
Pengembangan dan Pemasaran Perpustakaan
O
L
E
H
:
Mustamir Arifin
(09422017)
Dosen pembimbing:
Dra. Nirmala
JURUSAN ILMU
PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2011
A.
Pendahuluan
Perpustakaan
yang ideal adalah perpustakaan yang memenuhi pedoman-pedoman yang telah
ditentukan, diantaranya lokasi, tata ruang, administrasi, pelayanan terhadap
anggotanya dan koleksi-koleksi buku-buku perpustakaan. Suatu perpustakaan
dikatakan ideal apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Berani memantapkan keberadaan lembaga perpustakaan
sesuai dengan jenisnya.
2. Selalu meningkatkan mutu melaui pelatihan-pelatihan
bagi tenaga pustakawan.
3. Melakukan promosi dan menyelenggarakan jaringan kerja
sama baik dalam maupun luar negeri.
4. Melakukan upaya-upaya pengembangan dan pembinaan
perpustakaan terus-menerus dari segi menejemen dan teknis operasional.
Untuk
saat sekarang, perpustakaan harus unjuk gigi dan berani tampil beda, tidak
hanya konsentrasi pada pelayanan sirkulasi saja. Perpustakaan harus berani
menampilkan beberapa terobosan-terobosan baru dalam upaya pengembangan dan
pemasaran perpustakaan, diantaranya adalah dengan menyelanggarakan jaringan
kerjasama atau kemitraan dalam keperpustakawanan, seperti dijelaskan diatas
sebagai syarat suatu perpustakaan yang ideal. Perpustakaan dan
pustakawan harus mempunyai agenda, hendak kemana dan bagaimana perpustakaan dan
pustakawan melangkah.
Untuk
saat sekarang yang perlu diperhatikan oleh perpustakaan adalah peluang untuk
perubahan baik pustakawan maupun perpustakaan. Perluasaan cakrawala
keperpustakaan baik mengenai fungsi, misalnya seperti fungsi sirkulasi yang
dulu hanya sebagai peminjaman dan pengembalian saja, untuk saat sekarang
fungsinya bisa lebih diperluas lagi, yaitu bisa difungsikan sebagai tempat
diskusi, café (sangat strategis bagi yang memerlukaan makan dan kantin jauh,
sedangkan dia harus kembali melanjutkan aktifitas diperpustakaan), internet dan
lain sebagainya. Perluasan dalam perpustakaan lainnya
adalah penggunaan Tehnologi Informasi, akses data melaui internet,
web dan lain sebagainya. Hal ini bukan hanya perluasan cakrawala
untuk perpustakaan, tapi untuk pustakawan juga, misalnya pustakawan dilatih
dalam penggunaan Tehnologi Informasi sehingga bisa memberikan layanan secara
maksimal. Pemberdayaan leadership, misalnya dengan pelatihan dan mengundang
pembicara dari luar yang kompeten dalam bidang perpustakaan. Juga perluasan
dalam kerjasama, misalnya membentuk kemitraan dengan publisher, penulis buku,
seniman dan lain sebagainya.
B.
Partnership
in Librarianship
1.
Pengertian
Partnership
adalah perserikatan, persekutuan, kemitraan.[2] Sedangkan
Partnertship in Librarianship adalah kemitraan atau kerjasama
keperpustakaan. Kerjasama ini bisa dilakukan antar perpustakaan ataupun dengan
lembaga-lembaga selain perpustakaan. Yang sudah sering dilakukan
adalah kerjasama antar perpustakaan satu dengan perpustakaan lainnya, dan
sebagai pengembangnnya suatu perpustakaan bisa bekerja sama dengan siapa saja,
asalkan bisa saling memberikan kontribusi pasa masing-masing dan yang utama adalah
bisa untuk mengembangkan sayap perpustakaan dalam beberapa hal, misalnya
dianggap sebagai promosi dan pemasaran perpustakaan ataupun bisa memberikan
incam bagi perpustakaan.
Dalam
dunia bisnis, Kemitraan adalah salah satu cara yang paling cepat dan paling
murah untuk mengembangkan strategi global. Kemitraan dan aliansi strategis
global membuka kesempatan bagi setiap perusahaan untuk memperluas usaha secara
global. Kekurangan modal atau tidak adanya keahlian bukan alasan untuk berdiam
diri dinegara sendiri dan hanya berharap agar globalisasi ekonomi dunia tidak
membahayakan posisi anda dipasar sendiri. Karena, berdiam diri dan berharap
agar semua baik-baik saja merupakan awal masalah. Apabila kita sedang dalam
posisi global atau mengalami globalisasi atau terdapat potensi untuk menjadi
global, kita harus proaktif menerapkan strategi global kita sendiri atau kita
akan ditinggalkan, disisihkan oleh pesaing yang akan mengalahkan kita.
Begitu
pula dengan perpustakaan, apabila kita hanya berdiam diri dengan tidak
mengikuti perkembangan- perkembangan yang ada, hanya menunggu pemustaka dating
(ada pemustaka 0dating berarti ada pekerjaan dan tidak ada pemustaka berarti
tidak ada kerja), maka perpustakaan akan jauh tertinggal dan ditinggalkan
pemustaka. Pemustaka tentunya akan memilih perpustaakaan-perpustakaan yang
lebih lengkap dan layak dan mempunyai gaung yang bagus, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan akan informasi masyarakat. Untuk itu perpustakaan dituntut dan
harus proaktif setiap saat dengan melihat trend yang ada dan melihat
perkembangan kebutuhan masyarakat.
Ada dua
alasan dasar mengapa suatu perusahaan mengadakan kerjasama atau kemitraan.
Alasan yang pertama adalah untuk mengatasi tantangan suatu memasuki dan
memperluas usaha dalam lingkungan yang kompleks, penuh gejolak adan sering kali
tidak dapat diramalkan. Kerjasama ini merupakan suatu cara untuk memperoleh
ketrampilan, sumber daya, dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengatasi itu
semua, dan kebiasaan lokal amat menentukan kesuksesan bisnis. Alasan
yang kedua adalah kesempatan untuk meningkatkan kecepatan pengembalian modal,
terutama bagi perusahaan kecil . Dengan membatasi modal untuk divisi-divisi
investasi manifaktur, maka manajemen korporasi memaksa divisi-divisi untuk
mengembangkan kemitraan kreatif dalam memproduksi barang pasokan untuk pasar
yang sedang berkembang.[3]
Suatu
kemitraan, kalau direncanakan dengan baik, dapat memberikan manfaat bagi sebuah
perusahaan, terutama perusahaan kecil sampai menengah yang perlu mengembangkan
landasan persaingannya. Manfaat itu dapat mencakup:
1. Peningkatan akses pelanggan (dalam perpustakaan
pemustaka).
2. Pengembangan citra pasar dan kredibilitas berkat
hubungan-hubungan yang sesuai dengan pemain-pemain yang telah berhasil.
3. Akses tehnologi yang berharga.
4. Akses modal yang dibutuhkan.
5. Resiko yang ditanggung bersama dalam penelitian dan pengembangan
investasi. Akses pengetahuan wiraswasta dalam sebuah industri tertentu.
6. Penggunaan bersama infrastruktur umum, seperti
manifakturing, distribusi atau pergudangan.
7. Menghindari rintangan-rintangan politik dengan
menyatukan perusahaan-perusahaan yang telah matang.
Suatu hal
yang perlu dicoba dalam dunia perpustakaan dengan belajar dan melihat praktek
dunia bisnis dan perusahaan, apabila suatu perpustakaan berfikir untuk maju dan
berkembang. Hal ini juga bisa dikembangkan untuk pemasaran dan promosi
perpustakaan karena tidak menutup kemungkinan perpustakaan melangkah
kedua bisnis.
3.
Kemitraan dalam Keperpustakaan
a.
Kerjasama antar perpustakaan
Kerjasama
antar perpustakaan artinya kerjasama yang melibatkan dua perpustakaan atau
lebih, baik antar perpustakaan didalam ataupun luar negeri. Kerja sama ini
diperlukan karena tidak ada satu perpustakaan pun yang sempurna dalam
kelengkapan koleksi. Faktor yang mendorng adanya kerja sama ini
adalah adanya peningkatan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, meluasnya
kegiatan pendidikan, adanya kemajuan tehnologi terutama tehnologi informasi,
tuntutan masyarakat untuk memperoleh layanan informasi yang sama, dan kerja
sama bisa menungkinkan penghematan fasilitas, biaya, tenaga dan waktu. Hal
ini amat mendesak bagi Negara berkembang seperti Indonesia dengan keterbatasan
dana bagi pengembangan perpustakaan.
Kerja
sama ini bisa dalam hal kerja sama pengadaan, pemusatan pengadaan dan
penyimpanan, kerja sama pertukaran dan redistribusi, kerja sama pengolahan,
penyediaan fasilitas, peminjaman antar perpustakaan, kerja sama antar
pustakawan, penyusunan katalog induk, dan kerjasama pemberian jasa informasi.
b.
Kerjasama dengan publisher atau penerbit
Perpustakaan
bisa membangun kemitraan dengan penerbit misalnya dalam pemesanan buku-buku
koleksi terbaru penerbit-penerbit tertentu untuk melengkapi koleksi
diperpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan bisa mendapatkan harga yang serendah
mungkin dengan mendapat buku-buku yang berkualitas dan penerbitpun bisa
mendapatkan keuntungan materi, juga keuntungan lainnya misalnya hasil
terbitannya bisa dikenal dan dibaca oleh masyarakat luas. Apalagi kalau kerja
sama ini dikembangkan lagi misalnya dengan membuat event-event, misalnya
pameran buku, bedah buku, seminar atau pelatihan-pelatihan. Perpustakaan hanya
menyediakan tempat dan untuk hal biaya materi penerbit yang menanggung, dan
misalnya peserta di wajibkan untuk membeli buku yang dimaksud atau yang
dibedah, maka keuntungan tersebut bisa dibagi utnuk perpustakaan dan penerbit
itu sendiri.
c.
Kerjasama dengan seniman atau artis
Perpustakaan
bisa saja bermitra seniman atau artis, misalnya untuk diundang sebagai
pembicara seminar Anti HIV dengan mengundang Duta artis Anti HIV, juga bisa
mengundang Artis duta Baca Tantowi Yahya, untuk mengajak dan membangun budaya
baca pada masyarakat dan lain-lain. Pepustakaan juga bisa mengundang
seniman dari ranah teater sebagai pembicara dalam pelatihan teater
yang diadakan perpustakaan dan lain sebagainya. Dalam hal ini, yang diperoleh
perpustakaan, selain pengembangan dalam kegiatan, bisa berfungsi juga sebagai
sarana promosi dan pemasaran, sehingga perpustakaan bisa lebih dikenal lagi
oleh masyarakat.
d.
Kerjasama dengan penulis buku
Penulis
buku adalah orang yang sangat berkaitan dengan perpustakaan. Tanpa penulis,
tidak ada buku-buku atau hasil karya yang dapat dikoleksi perpustakaan. Suatu
perpustakaan mengoleksi hasil karya penulis, maka harus mengenal penulisnya
juga, “tak kenal maka tak saying”. Kemitraan yang bisa dibangun perpustakaan
dengan penulis buku misalnya adalah dengan mengadakan bedah buku hasil
karyanya, seminar, dan lain-lain.
e.
Kerjasama dengan perusahaan-perusahaan
Tidak
menutup kemungkinan, suatu perpustakaan bisa menjalin kemitraan dengan
perusahaan-perusahaan, misalnya dalam event-event tertentu, contohnya
perpustakaan mengadakan lomba jalan santai dengan di sponsori oleh peusahaan
air mineral atau peusahaan susu. Bisa juga mengadakan lomba-lomba ilmu
pengetahuan , seperti lompa pidata berbahasa inggris, lomba cerdas tangkas,
lomba karya ilmiah dan lain-lain. Perpustakaan bisa bekerja sama dengan
misalnya PT. Matahari, Indomaret, atau perusahaan-perusahaan lainnya,
seperti dengan menyediakan stand-stand ditempat lomba, tentu saja
disekitar perpustakaan. Disini secar tidak langsung mereka juga melakukan
promosi dengan dikenalnya produk mereka, begitu juga dengan perpustakaan.
f.
Kerjasama dengan lembaga-lembaga, seperti LSM
Perpustakaan
dan pustakawan bisa juga memperluas jaringan kemitraannya dengan
lembaga-lembaga, seperti LSM. Contoh kerja sama yang bisa dilakukan adalah
kerja sama dalam penelitian, memasyarakatkan budaya baca dan mengajak
masyarakat untuk melek informasi, memberantas buta huruf bagi anak-naka putus
sekolah dan lain sebagainya.
g.
Kerjasama dengan mahasiswa, dosen dan fakultas
Dalam
menentukan pengembangan koleksi, pustakawan bisa bekerja sama dengan mehasiswa,
dosen dan fakultas, misalnya dengan melihat kebutuhan informasi dari komponen
kampus tersebut. Adanya sebagian informasi yang online juga merupakan tantangan
bagi perpustakaan dan pustakawan untuk dapat menciptakan alat manajemen yang
online, pustakawan bisa meninta masyarakat kampus untuk
mengkritisi sumber-sumber elektronik, seperti E-Journal,
E-Resources, E-Book, dan lain-lain.. Kolabolrasi antara perpustakaan dan
masyarakat kampus dapat memberikan masukan sangat berharga bagi pustakawan
dalam membuat keputusan pembelian sumber informasi yang
terbaik.
C.
Kesimpulan
Untuk
saat sekarang, dunia perpustakaan sedang mengalami suatu perubahan paradigma,
dari pandangan yang dulu menuju kedunia modern. Sehingga perpustakaan dan
pustakawan harus lebih berani melebarkan sayapnya untuk melangkah dengan
melihat peluang-peluang yang ada. Karena tidak menutup kemungkinan perpustakaan
dalam promosi dan pemasarannya merambah kedunia bisnis.
Dengan
mengembangkan sayap kedunia kemitraan, maka secara tidak langsung perpustakaan
belajar pemasaran dan bisnis, dengan mempelajari cara-cara bekerja sama, saling
memberikan kontribusi dan bisa saling menguntungkan. Dalam kerja sama ini
perpustakaan bisa melakukan promosi, pemasaran, dan juga pengembangan, baik
koleksi maupun lainnya. Tentu saja tidak meninggalkan prinsip semula dari
perpustakaan yang bersifat sosial, yaitu dengan memberikan pelayanan jasa
informasi bagi masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Basuki,
Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Cet-2, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1993.
Albrecht,
Karl. The Northbound Train. Terjemahan Sularno Ciptowardojo.Perjalanan
Bisnis Kereta Senja, Menentukan Tujuan, Menetapkan Arah, Membentuk Nasib
Perusahaan. Jakarta: Halirang, 1996.
Keegan,
Warren. Manajemen Pemasaran Global, Edisi Bahasa Indonesia,
Jilid 2. Terjemahan Alexander Sindoro. Jakarta: Perhallindo, 1996.
Alex
MA, Kamus Ilmiah Populer Kontemporer. Surabaya: Karya Harapan,
2005.